Pendahuluan
Jumlah penduduk dunia yang menderita Diabetes Mellitus cenderung meningkat dari tahun ketahun. Indonesia sendiri saat ini menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes. Dari berbagai penelitian epidemiologi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Tahun 2007 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sebesar 1,2% - 2,3% dari seluruh penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 akan ada sebanyak 20,1 juta penderita diabetes di Indonesia. Peningkatan jumlah penderita diabetes yang besar ini disebabkan karena faktor demografi, gaya hidup yang kurang sehat, serta kurang patuh dalam pengelolaan diet dan pengobatan. Data-data diatas menimbulkan keprihatinan dan perlunya kewaspadaan kita untuk mengenal lebih dalam mengenai Diabetes Mellitus. Apa itu diabetes mellitus (DM)? Bagaimana gejala DM? Apa bahaya diabetes sehingga sering dijuluki “the sillent killer” atau “Pembunuh Diam-diam”? (wow, ngeri juga) Dapatkah DM disembuhkan? Itulah pertanyaanpertanyaan yang akan coba kita bahas berikut ini.
Apa itu Diabetes Mellitus?
Jumlah penduduk dunia yang menderita Diabetes Mellitus cenderung meningkat dari tahun ketahun. Indonesia sendiri saat ini menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes. Dari berbagai penelitian epidemiologi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Tahun 2007 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sebesar 1,2% - 2,3% dari seluruh penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 akan ada sebanyak 20,1 juta penderita diabetes di Indonesia. Peningkatan jumlah penderita diabetes yang besar ini disebabkan karena faktor demografi, gaya hidup yang kurang sehat, serta kurang patuh dalam pengelolaan diet dan pengobatan. Data-data diatas menimbulkan keprihatinan dan perlunya kewaspadaan kita untuk mengenal lebih dalam mengenai Diabetes Mellitus. Apa itu diabetes mellitus (DM)? Bagaimana gejala DM? Apa bahaya diabetes sehingga sering dijuluki “the sillent killer” atau “Pembunuh Diam-diam”? (wow, ngeri juga) Dapatkah DM disembuhkan? Itulah pertanyaanpertanyaan yang akan coba kita bahas berikut ini.
Apa itu Diabetes Mellitus?
Istilah Diabetes mellitus (DM) memiliki
arti “gula madu”. Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani, artinya “mengalirkan
melalui pipa dengan tekanan atmosfer” dan dari Bahasa Latin, artinya “semanis
madu”. Dengan kata lain, pengertian diabetes yaitu air yang mengalir melewati
tubuh penderita DM dari mulut langsung keluar melalui saluran kemih. Air seni
diabetisi rasanya manis karena mengandung gula. Dulu, salah satu tes untuk
diabetes adalah dengan menuangkan air seni pasien ke dekat sarang semut. Jika
semut mengerumuni air seni tersebut, suatu pertanda bahwa pasien tersebut
menderita DM. Itu sebabnya diabetes sering disebut sebagai penyakit kencing
manis. Ketika seseorang menderita DM maka pankreas tidak dapat menghasilkan
cukup insulin untuk menyerap gula yang diperoleh dari makanan, atau tubuh memproduksi
insulin yang cacat, atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik.
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel β Pulau Langerhans
pankreas. Hormon ini melekatkan dirinya pada reseptor-reseptor yang ada pada
dinding sel. Insulin bertugas untuk membuka reseptor pada dinding sel agar
glukosa memasuki sel untuk diubah melalui proses pembakaran / metabolisme menjadi
energi untuk melakukan aktivitas. Jika jumlah insulin tidak cukup, maka terjadi
penimbunan gula dalam darah sehingga menyebabkan diabetes.
Gambar : Cara
Kerja Insulin
Ada banyak pembagian DM, antara lain DM
tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, DM gestasional / kehamilan, dan pra-DM. Namun
pada artikel ini hanya akan dibahas mengenai diabetes tipe 1 dan tipe 2, yang
sering dialami oleh diabetisi.
Diabetes Mellitus Tipe 1. DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β (beta) pankreas. Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel β ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun. Sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun, sehingga digolongkan sebagai tipe 1 idiopatik. Autoimun adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari diri sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuatrespon kekebalan melawan sel & jaringan milik sendiri. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
Diabetes Mellitus Tipe 2. DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di seluruh jaringan tubuh (insulin resistance) dan kelainan fungsi sel β. Akibatnya, walau pankreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya tidak cukup untuk mengkompensasi / mengatasi ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin tadi. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala DM tipe 2 hampir-hampir tidak terdeteksi dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, umumnya terjadi pada usia >40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi karena penumpukan insulin dalam darah yang tidak terpakai, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
Beberapa penyebab utama DM tipe 2 sebagai berikut:
Diabetes Mellitus Tipe 1. DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β (beta) pankreas. Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel β ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun. Sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun, sehingga digolongkan sebagai tipe 1 idiopatik. Autoimun adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari diri sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuatrespon kekebalan melawan sel & jaringan milik sendiri. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
Diabetes Mellitus Tipe 2. DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di seluruh jaringan tubuh (insulin resistance) dan kelainan fungsi sel β. Akibatnya, walau pankreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya tidak cukup untuk mengkompensasi / mengatasi ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin tadi. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala DM tipe 2 hampir-hampir tidak terdeteksi dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, umumnya terjadi pada usia >40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi karena penumpukan insulin dalam darah yang tidak terpakai, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
Beberapa penyebab utama DM tipe 2 sebagai berikut:
- Faktor keturunan, apabila orang tua atau saudara sekandung yang menderita DM.
- Pola makan atau gaya hidup tidak sehat.
- Kadar kolesterol yang tinggi.
- Jarang berolahraga.
- Obesitas atau kelebihan berat badan.
Hiperglikemia
Kadar glukosa dalam darah yang tinggi
di atas 200 mg/dl, merupakan kadar yang melebihi ambang batas ginjal. Akibatnya
glukosa akan dikeluarkan oleh ginjal melalui air kemih/urine, dan hasil
pemeriksaan glukosa dalam urine selalu positif. Glukosa dalam urine akan
meningkatkan produksi dan pengeluaran urine, sehingga diabetisi akan sering dan
banyak membuang air kemih (poliuri). Sering berkemih dalam jumlah banyak akan menyebabkan
penurunan jumlah cairan dalam tubuh, yang berakibat diabetisi akan sering dan
banyak minum (polidipsi). Glukosa sebagai sumber energi banyak yang terbuang
saat berkemih, berakibat diabetisi akan lemah dan loyo, sehingga diabetisi juga
semakin sering lapar dan banyak makan (polifagi). Sering kesemutan pada ujung
jari tangan dan kaki (polineuropati perifer), gatal-gatal di kulit (pruritus).
Semua hal tersebut di atas merupakan gejala dan tanda seseorang mengidap DM.
Kadar glukosa yang tinggi di atas 200
mg/dl dalam waktu lama akan menimbulkan gangguan fungsi sel. Karena tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi, maka tubuh akan memecah lemak
dan protein sebagai sumber energi. Akibatnya akan terjadi penurunan berat badan
yang drastis. Penderita tampak makin kurus. Kerusakan tubuh akan menjadi lebih
hebat bila diabetisi juga mengidap penyakit lain, yaitu tekanan darah tinggi /
hipertensi, kadar lemak dalam darah tinggi/hiperkolesterolemia, kadar
trigliserida tinggi dan HDL rendah / dislipidemia, peningkatan berat badan/berat
badan berlebih atau obesitas, maupun kebiasaan merokok.
Hasil akhir dari keadaan di atas adalah
komplikasi berupa kerusakan beberapa organ penting, antara lain kelumpuhan oleh
karena stroke, kebutaan akibat kerusakan lensa mata / katarak diabetika ataupun
kerusakan selaput jala mata / retinopati diabetika, serangan jantung akibat
penyempitan/ischaemic myocard ataupun sumbatan pembuluh darah koroner
jantung/acute myocard infarct, yang sering berujung pada kematian, gagal
ginjal/nefropati diabetika yang mengharuskan penderita menjalani cuci darah
seumur hidup, terjadinya luka/ulkus (biasanya pada kaki) yang lama sembuh dan terkadang
perlu tindakan amputasi sehingga menyebabkan kecacatan, serta impotensi yang
mengakibatkan stress pada seorang lelaki.
Hipoglikemia
Seorang penderita DM dapat secara
tiba-tiba mengalami penurunan kadar gula darah yang sangat rendah di bawah
ambang normal yang disebut hipoglikemia. Hal ini ditandai dengan gemetar,
berkeringat, lelah, lapar, denyut jantung cepat sekali, pandangan kabur, nyeri
kepala, tubuh kebas, atau kesemutan di sekitar mulut dan bibir. Bahkan bisa
kejang atau pingsan. Hal ini terjadi bila mengonsumsi obat anti DM yang tidak
disertai cukup asupan makanan. Otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi
utama. Kondisi ini sangat berbahaya karena menyebabkan kerusakan otak. Tak
jarang berakhir pada koma hipoglikemia yang mematikan.
Gambar : Bermacam Komplikasi DM
Ketoasidosis
Diabetikum
Akibat badan tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi, maka tubuh akan memecah lemak dan pada akhirnya protein untuk digunakan sebagai sumber energi. Namun saat tubuh membakar lemak, terbentuklah hasil sampingan berupa benda keton. Keton bersifat asam sehingga dalam kadar tinggi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang disebut ketoasidosis diabetikum. Gejala awalnya sama seperti DM. Pernafasan menjadi cepat dan dalam karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas tercium seperti bau apel manis atau aseton. Ketoasidosis bisa berkembang menjadi koma hiperglikemia, yang juga dapat berujung pada kematian. Mengingat bahaya komplikasi DM yang menakutkan, maka sudah seharusnya kita memberi perhatian lebih terhadap penyakit ini. Tidak hanya penderita DM, tetapi seluruh anggota keluarga juga harus menjadi pendukung pasien agar dibetisi selalu patuh dan menjaga kondisi tubuh sehingga jauh dari komplikasi DM. Obat penyembuh DM memang tidak ada, tetapi dengan mengendalikan kadar gula darah, seseorang dapat terhindar dari bahaya penyakit ini. Mengubah gaya hidup menjadi lebih baik dan lebih sehat harus segera dijalankan. Orang-orang yang menduga bahwa dirinya menderita diabetes hendaknya memeriksakan diri ke dokter dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit DM serta komplikasinya.
Akibat badan tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi, maka tubuh akan memecah lemak dan pada akhirnya protein untuk digunakan sebagai sumber energi. Namun saat tubuh membakar lemak, terbentuklah hasil sampingan berupa benda keton. Keton bersifat asam sehingga dalam kadar tinggi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang disebut ketoasidosis diabetikum. Gejala awalnya sama seperti DM. Pernafasan menjadi cepat dan dalam karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas tercium seperti bau apel manis atau aseton. Ketoasidosis bisa berkembang menjadi koma hiperglikemia, yang juga dapat berujung pada kematian. Mengingat bahaya komplikasi DM yang menakutkan, maka sudah seharusnya kita memberi perhatian lebih terhadap penyakit ini. Tidak hanya penderita DM, tetapi seluruh anggota keluarga juga harus menjadi pendukung pasien agar dibetisi selalu patuh dan menjaga kondisi tubuh sehingga jauh dari komplikasi DM. Obat penyembuh DM memang tidak ada, tetapi dengan mengendalikan kadar gula darah, seseorang dapat terhindar dari bahaya penyakit ini. Mengubah gaya hidup menjadi lebih baik dan lebih sehat harus segera dijalankan. Orang-orang yang menduga bahwa dirinya menderita diabetes hendaknya memeriksakan diri ke dokter dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit DM serta komplikasinya.
Bagikan
Diabetes Mellitus dan Komplikasinya
4/
5
Oleh
Unknown