Tuesday 23 February 2016

Osteoporosis dan Penanganannya

Pengertian Osteoporosis
Turunnya kepadatan tulang merupakan salah satu bentuk dari proses penuaan tubuh. Osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak.

Penderita Osteoporosis di Indonesia 
Di Indonesia, sebanyak 23 persen wanita berusia 50-80 tahun dan 53 persen wanita berusia 70-80 tahun mengidap osteoporosis. Risiko wanita mengidap osteoporosis 4 kali lebih besar dibandingkan dengan risiko pada pria.
Meski umumnya osteoporosis dialami oleh wanita yang telah memasuki masa menopause, osteoporosis juga dapat memengaruhi pria, wanita yang  berusia muda, dan anak-anak. Kekurangan kalsium diperkirakan menjadi penyebab banyak kasus osteoporosis di Indonesia.

Gejala Osteoporosis 
Osteoporosis terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun tanpa diiringi gejala yang jelas. Kondisi ini biasanya baru terdeteksi setelah seseorang mengalami keretakan tulang.
Dengan osteoporosis, tulang menjadi keropos dan rentan untuk retak akibat berkurangnya kepadatan tulang. Jika Anda mengidap penyakit ini, terbentur atau terjatuh dari posisi duduk atau berdiri, maka tulang Anda berisiko untuk retak.
Osteoporosis umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali jika terjadi keretakan tulang. Jika Anda merasakan sakit punggung yang berkelanjutan dalam jangka panjang, ini bisa saja gejala osteoporosis. Kondisi ini juga dapat memengaruhi pernapasan Anda akibat terbatasnya ruang untuk paru-paru mengembang.
Gejala osteoporosis yang dapat terlihat jelas adalah postur punggung bungkuk yang sering terlihat pada orang lanjut usia. Postur ini terjadi karena pengeroposan pada tulang belakang yang membuat tulang punggung sulit untuk menahan berat tubuh.
Cedera yang umum terjadi pada penderita osteoporosis adalah keretakan pada tulang punggung, tulang pangkal paha, dan pergelangan tangan.
Keretakan tulang pada orang lanjut usia bisa menjadi masalah serius, tergantung pada bagian tubuh manakah keretakan tersebut terjadi. Misalnya dalam kasus keretakan tulang pangkal paha, kebebasan bergerak bisa terhambat dan bahkan bisa berujung pada kelumpuhan permanen. Dalam kasus osteoporosis yang parah, batuk atau bersin ringan saja dapat menyebabkan keretakan pada tulang rusuk atau salah satu bagian dari tulang belakang.

Penyebab Osteoporosis 
Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kepadatan tulang seiring pertambahan usia. Beberapa orang lebih berisiko dibanding yang lainnya.
Saat muda, tulang manusia beregenerasi dengan cepat serta berada dalam kondisi paling padat dan kuat. Namun seiring pertambahan usia, tulang lama tidak segera tergantikan dengan tulang baru dan tidak lagi bertumbuh. Hal ini membuat tulang secara perlahan menjadi lebih rapuh dari waktu ke waktu. Makin tua, kepadatan tulang Anda menjadi makin berkurang. Tulang menjadi melemah, keropos, dan lebih rentan retak.

Penyebab Osteoporosis berdasarkan Jenis Kelamin 
Perubahan kadar hormon dapat memengaruhi kepadatan tulang. Pada wanita, hormon estrogen dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang. Namun setelah menopause, penurunan kadar estrogen dalam tubuh  mengakibatkan penurunan kepadatan tulang secara drastis. Ini mengakibatkan wanita lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding pria.
Wanita dengan kondisi berikut ini lebih berisiko terkena osteoporosis:
  1. Tidak mengalami siklus menstruasi dalam waktu lama (lebih dari enam bulan) akibat olahraga atau diet yang berlebihan. 
  2. Mengalami menopause dini (sebelum usia 45). 
  3. Menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) sebelum usia 45, terutama jika kedua ovarium juga diangkat. 
Pengaruh hormon pada osteoporosis yang diidap pria tidak sesignifikan pada wanita. Pria terus memproduksi hormon testosteron hingga usia tua. Meski demikian, diperkirakan tetap ada hubungan antara osteoporosis dengan hormon testosteron yang membantu menjaga tulang tetap kuat. Hal ini diindikasikan oleh risiko osteoporosis yang menjadi meningkat pada pria dengan kadar testosteron rendah. 
Dalam setengah kasus penderita pria, penyebab osteoporosis tidak diketahui dengan pasti sedangkan setengahnya bisa disebabkan oleh: 
  1. Mengonsumsi minuman keras berlebihan.
  2. Konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid.
  3. Kondisi yang menyebabkan kadar testosteron lebih rendah dari kadar normal (hipogonadisme).
Penyakit Kelenjar yang Dapat Memicu Osteoporosis 
Proses regenerasi tulang dipengaruhi oleh banyak hormon. Maka jika Anda mengidap penyakit kelenjar penghasil hormon, Anda dapat lebih berisiko mengalami osteoporosis. Berikut beberapa penyakit kelenjar yang dapat memicu osteoporosis: 
  1. Gangguan kelenjar adrenal, seperti sindrom Cushing
  2. Gangguan kelenjar pituitari
  3. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
  4. Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif (hiperparatiroidisme)
  5. Berkurangnya kadar hormon seks (estrogen dan testosteron)
Faktor Penyebab Meningkatnya Risiko Osteoporosis 
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko berkembangnya osteoporosis dan keretakan tulang: 
  1. Indeks massa tubuh di bawah/sama dengan 19. 
  2. Penderita gangguan makanan seperti anoreksia dan bulimia. 
  3. Konsumsi minuman keras secara berlebihan 
  4. Merokok 
  5. Riwayat orang tua yang pernah mengalami retak tulang pangkal paha atau mengidap osteoporosis. 
  6. Kekurangan konsumsi kalsium. 
  7. Malabsorpsi yaitu ketidakmampuan usus untuk menyerap nutrisi di dalam makanan, seperti dalam penyakit Coealiac dan penyakit Crohn. 
  8. Obat-obatan yang dikonsumsi, terutama yang berdampak pada kadar hormon seperti pengobatan kanker prostat dan juga penggunaan obat kortikosteroid. 
  9. Tidak berolahraga atau aktif bergerak.
Diagnosis Osteoporosis 
Penyakit osteoporosis kerap baru terdiagnosis setelah terjadi keretakan tulang. Pemeriksaan dengan rontgen berguna untuk mengidentifikasi keretakan tulang, tapi bukanlah metode yang tepat untuk mengukur kepadatan tulang. Jika Anda berisiko tinggi terkena osteoporosis, Anda disarankan untuk memeriksa kepadatan tulang dengan pemindaian DEXA (absorpsiometri sinar X dengan energi ganda).

Pemindaian DEXA: Mengukur Kepadatan Tulang 
DEXA mengukur kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD). Hasil DEXA Anda akan dibandingkan dengan hasil kepadatan tulang orang yang umumnya sehat, sesuai dengan usia dan jenis kelamin yang sama dengan Anda. Prosedur ini berdurasi sekitar 15 menit dan tidak menimbulkan rasa sakit. 
Hasil pemindaian DEXA dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
  1. Di atas (-1) berarti normal. Antara (-1) dan (-2,5) diklasifikasikan sebagai osteopenia. Osteopenia adalah  kondisi saat kepadatan tulang lebih rendah dari rata-rata, tapi belum serendah tulang osteoporosis. 
  2. Di bawah (-2,5) dikategorikan sebagai osteoporosis. Pemindaian DEXA dapat mendiagnosis osteoporosis, tapi hasil BMD bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan risiko keretakan tulang Anda. Dokter juga akan memperhitungkan usia, jenis kelamin, dan berbagai cedera yang Anda alami sebelumnya untuk menentukan apakah Anda membutuhkan perawatan untuk osteoporosis. International Osteoporosis Foundation (IOF) mendeteksi bahwa akses terhadap fasilitas pindai DEXA menjadi persoalan utama di Indonesia. Setengah dari jumlah total mesin DEXA yang ada hanya berada di Jakarta. Harga pemeriksaan tes DEXA yang berkisar Rp 500.000–600.000 juga relatif tidak terjangkau oleh kebanyakan orang Indonesia.  Hal ini juga membuat angka pasti jumlah penderita osteoporosis di Indonesia sulit diketahui. Pemeriksaan yang lebih umum dilakukan adalah dengan ultrasound, tapi standarisasinya masih dipertanyakan. 
  3. FRAX: Memprediksi Keretakan Tulang. FRAX adalah program yang dapat memprediksi keretakan tulang. Alat kalkulasi ini diperuntukkan bagi pasien berusia antara 40-90 tahun. FRAX dapat menghitung risiko keretakan tulang Anda untuk 10 tahun ke depan. The World Health Organization (WHO) telah mengembangkan alat tersebut berdasarkan kriteria tiap negara termasuk Indonesia.
Anda Memiliki Kepadatan Tulang Rendah? 
Rendahnya kepadatan mineral tulang tidak selalu berarti tulang Anda berisiko tinggi mengalami keretakan. Konsultasikan semua faktor yang dapat meningkatkan risiko keretakan tulang Anda. Dokter akan membantu Anda mengambil langkah-langkah positif untuk menjaga kesehatan tulang Anda.

Pengobatan Osteoporosis 
Perawatan osteoporosis berfokus pada pencegahan terjadinya keretakan, serta pemberian obat untuk menguatkan tulang. Jika didiagnosis mengidap osteoporosis, konsultasi dengan dokter akan memberikan Anda informasi tentang penanganan yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi tulang Anda. 
Berikut ini adalah hal-hal yang disarankan bagi orang-orang lanjut usia, keluarga, dan Anda yang peduli: 
  1. Jaga tubuh Anda tetap bugar dan sehat dengan olahraga dan mengatur pola makan. Tubuh yang aktif dapat membantu Anda tetap bebas bergerak dan mengurangi risiko terjatuh serta mengalami keretakan tulang. 
  2. Berkonsultasilah dengan dokter jika Anda mulai sulit berjalan atau sulit berdiri dengan kokoh. Dokter akan mendiskusikan tindakan pencegahan agar Anda tidak cedera saat beraktivitas. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan penyebab cedera seperti kualitas penglihatan, penggunaan obat-obatan, serta kekuatan otot dan keseimbangan. 
  3. Mengalami keretakan tulang karena jatuh adalah risiko yang akan terjadi ketika Anda menua. Meski demikian, kondisi ini bukan tidak bisa dihindari. Ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko retak tulang yang dapat terjadi akibat jatuh. 
Pencegahan osteoporosis akan memberikan Anda infomasi tentang olahraga-olahraga sederhana yang dapat Anda lakukan.

Pilihan Penanganan Osteoporosis 
Jika tulang Anda didiagnosis mengalami keretakan, Anda perlu mendapat pengobatan yang dapat mengurangi risiko dari keretakan yang lebih parah di masa yang akan datang. 
Pilihan pengobatan yang akan diberikan ditentukan berdasarkan: usia, kepadatan tulang, faktor risiko keretakan. 
Anda mungkin tidak ingin mengonsumsi obat-obatan untuk mengobati osteoporosis, tapi Anda perlu mengonsumsi cukup kalsium dan vitamin D untuk tubuh. Dokter mungkin juga akan menyarankan perubahan pola makan dan konsumsi suplemen.

Mengenal Pengobatan untuk Osteoporosis 
Obat-obatan yang Bersifat Non-hormon 
Kalsium dan suplemen vitamin D 
Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal paha. Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut: 
  1. 600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun. 
  2. 800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun. 
Jika Anda tidak mendapat cukup kalsium dalam pola makan Anda, tanyakan tentang kemungkinan konsumsi suplemen kalsium. Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan osteoporosis, Anda memerlukan dosis kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D sebanyak 20 mikrogram. Dosis ini hanya bisa didapatkan terutama dari obat-obatan yang diformulasikan dalam resep dokter.

Bisphosphonate 
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan memperlambat laju sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa bisphosphonate berbeda seperti alendronate, etidronate, ibandronate, risedronate, dan asam zolendronic. 
Iritasi pada kerongkongan, kesulitan menelan, dan sakit perut bisa menjadi efek samping yang timbul dari mengonsumsi bisphosphonate meski belum tentu terjadi pada setiap orang. Efek samping lain yang sangat jarang terjadi adalah nekrosis pada rahang.

Strontium ranelate 
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air. Obat ini bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok. Strontium ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru (osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang. Efek samping yang mungkin timbul pada konsumsi strontium ranelate adalah mual dan diare.

Obat-obatan yang Bersifat Hormon
Selective estrogen receptor modulators (SERMs) 
SERMs adalah obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak, terutama pada tulang punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang tersedia untuk pengobatan osteoporosis adalah raloxifene, garam hidroklorida. Raloxifene dikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet.
Efek samping penggunaan raloxifene adalah:
  1. Rasa panas/berkeringat di malam hari
  2. Kram kaki
  3. Meningkatkan risiko terjadinya gumpalan darah
Terapi penggantian hormon 
Terapi ini ditujukan bagi wanita dalam masa menopause untuk menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan selama pengobatan. Namun terapi ini tidak secara spesifik direkomendasikan untuk pengobatan osteoporosis. Bahkan saat ini hampir tidak lagi digunakan karena berisiko memicu timbulnya beberapa penyakit lain seperti kanker payudara, kanker endometrium, kanker ovarium dan stroke.

Pengobatan testosteron 
Pengobatan testosteron khususnya diterapkan kepada para pria pengidap Hipogonadisme atau ketidakmampuan memroduksi hormon seks dengan normal.

Hormon paratiroid (PTH) (Teriparetida) 
Sementara obat-obatan lain lebih memperlambat tingkat penipisan tulang, PTH dapat meningkatkan kepadatan tulang. Namun pengobatan ini hanya digunakan untuk beberapa orang yang kepadatan tulangnya sangat rendah dan jika pengobatan lain tidak membawa manfaat. Hormon paratiroid diberikan dalam bentuk suntikan. Efek samping yang biasa terjadi adalah mual dan muntah.

Kalsitonin 
Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi secara alami oleh kelenjar tiroid. Hormon ini memperkuat kepadatan tulang dengan menghambat sel-sel yang meluruhkan tulang.
Kalsitonin atau salcatonin dikonsumsi tiap hari dalam bentuk semprotan yang dihirup atau suntikan. Efek samping yang umum dari pengobatan ini adalah mual, muntah, dan diare.

Pencegahan Osteoporosis 
Kekuatan tulang dan tingkat potensi risiko terhadap osteoporosis ditentukan oleh gen Anda. Namun faktor gaya hidup seperti pola makan dan olahraga dapat memengaruhi seberapa sehat kualitas tulang Anda.

Olahraga 2–3 jam tiap pekan 
Penderita osteoporosis sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan sebelum melakukan olahraga untuk memastikan apakah aktivitas tersebut tepat untuk dilakukan. Setiap pekan, orang dewasa harus melakukan setidaknya sekitar 2- 3 jam olahraga dengan intensitas menengah, seperti bersepeda atau jalan cepat. Latihan angkat beban dalam berat yang tidak berlebihan dan ketahanan tubuh sangat penting untuk meningkatkan kepadatan tulang dan membantu mencegah osteoporosis.

Melatih kaki dan lutut 
Aktivitas menyangga beban adalah olahraga yang melatih kaki dan lutut Anda untuk menopang massa tubuh. Olahraga seperti lari, melompat, menari, dan aerobik bermanfaat menguatkan otot, ligamen, dan sendi. Orang yang berusia di atas 60 tahun juga dapat memperkuat tulang mereka dengan olahraga seperti jalan cepat atau bermain badminton berdurasi pendek. Saat berolahraga, gunakan sepatu yang mampu meminimalkan risiko cedera terutama pada pergelangan kaki.

Latihan kekuatan tulang 
Latihan ketahanan meliputi  gerakan-gerakan seperti push-up, angkat berat, atau latihan angkat beban menggunakan peralatan di pusat kebugaran. Tarikan yang dilakukan otot tendon terhadap tulang dapat meningkatkan kekuatan tulang. Tanyakan cara penggunaan alat-alat tersebut kepada instruktur untuk menghindari cedera.

Menerapkan pola makan sehat 
Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium yang diperlukan untuk memperkuat tulang dan gigi. Vitamin D dapat ditemukan dalam kuning telur, susu kedelai, hati sapi.
Jika gaya hidup atau pola makan membuat Anda kekurangan vitamin D, Anda dapat mengonsumsi suplemen vitamin D. Untuk orang dewasa, direkomendasikan untuk mengonsumsi 15 mikrogram vitamin D setiap hari.
Kalsium juga penting untuk menjaga kekuatan tulang. Kadar konsumsi minimal kalsium yang direkomendasikan tiap hari adalah 1000 miligram. Kalsium juga dapat ditemukan pada beberapa makanan seperti tahu, tempe, kacang merah dan ikan sardin.

Bersahabat dengan sinar matahari pagi 
Sinar matahari dapat membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium di dalam tubuh. Proses tersebut membantu memperkuat gigi dan tulang yang pada akhirnya dapat mencegah osteoporosis.

Menghentikan kebiasaan buruk 
Berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol juga dapat melindungi Anda dari osteoporosis. Rekomendasi maksimal mengenai konsumsi alkohol oleh wanita adalah 2 kaleng bir dan oleh pria sebanyak 2,5 kaleng bir dengan kadar alkohol 4,7%.

Bagikan

Jangan lewatkan

Osteoporosis dan Penanganannya
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.