Tuesday 1 March 2016

Obat Antiepilepsi

Epilepsi merupakan suatu gangguan fungsional kronik pada otak yang ditandai dengan aktivitas serangan berulang, bisa berupa kejang. Di lain pihak, otak berperan dalam mengkoordinasi aktivitas tubuh, antara lain pergerakan otot,  berpikir, penglihatan, dan perasaan. Apabila terjadi trauma kepala, stroke, konsumsi alkohol, hipertermia, bisa mengakibatkan picuan pada daerah otak yang bisa bersifat lokal atau menyeluruh sehingga menimbulkan epilepsi. Epilepsi dibedakan menjadi 2, yaitu : (1) epilepsi parsial, serangan awal terlokalikasi, pasien masih dalam kondisi sadar; dan (2) epilepsi umum, yang melibatkan bagian otak yang lebih luas, dan menyebabkan pasien tidak sadar.
Epilepsi parsial dibagi menjadi 3, yaitu :
  1. Epilepsi parsial sederhana. Epilepsi ini merupakan jenis yang paling sederhana. Penderita mengalami sentakan klonik (kedutan) pada jari atau wajah, yang kemudian bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Penerita sadar atas serangan tersebut.
  2. Epilepsi parsial kompleks. Serangan awal terlokalisasi namun letupannya meluas, bersifat bilateral. Epilepsi ini ditandai dengan gangguan mental sementara dan gerakan otomatis yang tidak bertujuan (seperti bertepuk tangan, menjilat bibir). Penderita sadar atas serangan atau kejang tersebut.
  3. Epilepsi parsial dengan serangan umum sekunder. Epilepsi parsial yang secara mendadak mendahului epilepsi tonik-klonik.
Epilepsi umum dibagi menjadi 2, yaitu : 
  1. Epilepsi tonik-klonik (grand mal). Epilepsi dengan serangan klasik, biasanya didahului dengan perubahan aura, diikuti dengan hilangnya kesadaran dan kejang tonik-klonik (gerakan tersentak-sentak). Lidah mungkin bisa tergigit. Pada balita, kondisi demam bisa memicu tonik-klonik. Epilepsi dipicu oleh awitan hipertermia akibat infeksi virus atau bakteri.
  2. Epilepsi absense (petit mal). Epilepsi yang ditandai dengan serangan mendadak mengakibatkan kesadaran penderita hilang dalam beberapa detik dan berhenti secara tiba-tiba.
Klasifikasi Obat
Sasaran dari terapi penyakit epilepsi dibagi menjadi 3, yaitu (1) Peningkatan aksi asam amino inhibitor GABA; (2) Penghambatan kanal ion natrium; dan (3) Penghambatan kanal ion kalsium. 
Sedangkan berdasarkan jenis epilepsinya, klasifikasi obatnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
  1. Obat epilepsi parsial, misalnya Karbamazepin, Klonazepam, Fenitoin dan Valproat.
  2. Obat epilepsi tonik-klonik (grand mal), misalnya Karbamazepin (sering digunakan karena efek samping yang rendah), Fenitoin, dan Valproat. Obat baru yang biasa digunakan untuk penanganan epilepsi jenis ini adalah Vigabatrin, Gabapentin, Lamotrigin dan Felbamat.
  3. Obat epilepsi absence (petit mal), misalnya Etoksuksimid. Namun Valproat bisa juga digunakan pada epilepsi absence yang muncul bersamaan dengan epilepsi tonik-klonik.
Obat yang meningkatkan aksi GABA (Asam Gama Amino Butirat)
Peningkatan aksi GABA bisa dilakukan dengan beberapa cara :
  1. Memodulasi aksi GABA pada reseptor GABA. Obat-obatan yang bekerja dengan cara ini meningkatkan proses aktivasi reseptor GABAa oleh agonis GABA, yang berperan dalam pembentukan kanal ion klorida sehingga menghasilkan penurunan eksitabilitas sel syaraf. Contoh obatnya : Fenobarbital, dan Benzodiazepin.
  2. Agonis reseptor GABAa. Obat ini bekerja dengan cara mengaktivasi langsung reseptor GABAa. Contoh obatnya adalah Gabapentin.
  3. Menghambat enzim GABA transaminase. Obat ini bekerja dengan menghambat GABA transaminase, yaitu suatu enzim yang menginaktivasi GABA. Contoh obatnya adalah Vigabatrin.
  4. Menghambat pengambilan kembali (reuptake) GABA. Proses inaktivasi GABA juka dilakukan dengan proses pengambilan kembali GABA (bila produksinya berlebihan) ke ujung syaraf postsinaptik. Obat ini menghambat proses tersebut sehingga meningkatkan konsentrasi GABA di celah sinaptik. Contoh obatnya adalah : Tiagabin.
Obat penghambat kanal ion natrium
Pembukaan kanal ion natrium pada membran sel mengakibatkan masuknya ion tersebut ke dalam sel dan mengakibatkan peningkatan eksitabilitas pada sel syaraf. Pada kondisi kanal ion aktif (terbuka), ion natrium akan masuk (influks) ke dalam sel syaraf dan meningkatkan potensial aksi sel. Sedangkan pada kondisi inaktif (tertutup), ada dua kemungkinan, yaitu (1) ion natrium masih berada di ekstraseluler (belum masuk) atau (2) ion natrium di dalam sel (dari proses influks), kanal ion natrium tertutup, diikuti pembukaan kanal ion kalium yang mengakibatkan kalium keluar sel syaraf (efluks) sehingga menghasilkan hiperpolarisasi atau penurunan eksitabilitas sel. Obat epilepsi ini bekerja dengan memblok kanal ion natrium pada kondisi inaktif , sehingga kondisi eksitabilitas sel syaraf yang rendah bisa dipertahankan. Contoh obat yang masuk dalam golongan ini adalah : Fenitoin, Karbamazepin, Lamotrigin, dan Valproat. 

Penghambatan kanal ion kalsium
Pada epilepsi absence (petit mal), serangan epilepsi disebabkan oleh terbukanya kanal ion kalsium tipe-T. Contoh obat golongan ini adalah Etoksuksimid.

Seputar Penggunaan Obat Epilepsi
Dari klasifikasi di atas, terdapat empat obat yang terpenting, yaitu Karbamazepin, Valproat dan Etoksuksimid. Fenitoin merupakan obat yang efektif pada penanganan epilepsi kecuali pada kasus epilepsi absence. Farmakokinetika Fenitoin adalah non-linear atau dapat mengalami kejenuhan dalam tubuh. Oleh karena itu, konsentrasi obat dalam tubuh dapat bervariasi sehingga membutuhkan monitoring. Dalam darah, Fenitoin terikat kuat oleh protein plasma darah (90%), sehingga pemakaian dengan obat lain yang terikat kuat dengan protein (seperti Fenilbutazon dan Sulfonamida) dapat menaikkan konsentrasi obat bebas secara mendadak. 
Karbamazepin merupakan turunan dari antidepresan trisiklik. Seperti halnya Fenitoin, obat ini juga efektif dalam penanganan epilepsi, kecuali epilepsi absence. Karbamazepin mempunyai efek samping yang lebih rendah meskipun kemampuan induksi enzim metabolismenya kuat sehingga berpotensi untuk berinteraksi dengan obat lainnya. 
Valproat merupakan asam monokarboksilat, digunakan pada semua jenis epilepsi yang telah dijelaskan di atas, namun berpotensi menyebabkan hepatotoksik meskipun insidensinya rendah.

Sumber : Dr. Agung Endro Nugroho, 2011. Farmakologi Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran Farmasi dan Dunia Kesehatan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Bagikan

Jangan lewatkan

Obat Antiepilepsi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.