Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka,
dengan gejala selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air
kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa
mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari.
Diabetes insipidus sendiri berbeda dengan diabetes
melitus. Diabetes melitus adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan
kadar gula darah di atas normal. Diabetes insipidus, pada lain sisi tidak
terkait dengan kadar gula dalam darah.
Penyebab Diabetes Insipidus
Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan
pada hormon antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah
cairan dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di
otak. Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh
hipotalamus.
Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon
antidiuretik ini saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’
berarti bersifat berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri berarti
produksi urine. Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam
tubuh dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk
urine.
Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah
produksi hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi
merespons seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal
mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang
pekat. Orang yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus dan minum lebih
banyak karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.
Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis
utama, yaitu:
- Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum terjadi. Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari hipotalamus. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh terjadinya infeksi, operasi, cedera otak, atau tumor otak.
- Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi organ ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kerusakan fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi keturunan. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan diabetes insipidus jenis ini.
Jika Anda mengalami gejala diabetes insipidus, seperti
selalu merasa haus dan buang air kecil melebihi dari biasanya, sebaiknya segera
temui dokter. Mungkin yang Anda alami bukan diabetes insipidus, tapi akan lebih
baik untuk mengetahui penyebabnya.
Orang dewasa buang air kecil sebanyak 4-7 kali dalam
sehari, sedangkan anak kecil melakukannya hingga 10 kali dalam sehari. Hal ini
dikarenakan kandung kemih anak-anak berukuran lebih kecil. Dokter akan
melakukan beberapa tes untuk mengetahui penyebab pastinya dan diagnosis
terhadap kondisi yang dialami.
Pengobatan Diabetes Insipidus
Pada diabetes insipidus kranial, pengobatan mungkin
tidak perlu dilakukan pada kasus yang ringan. Untuk mengimbangi jumlah cairan
yang terbuang, Anda perlu mengonsumsi air lebih banyak. Terdapat obat yang
berfungsi untuk meniru peran hormon antidiuretik bernama desmopressin. Jika
memang diperlukan, Anda bisa mengonsumsi obat ini.
Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik, obat
yang digunakan untuk mengatasinya adalah thiazide diuretik. Obat ini berfungsi
menurunkan jumlah urine yang dihasilkan oleh organ ginjal.
Komplikasi Diabetes Insipidus
Rendahnya jumlah air atau cairan dalam tubuh dinamakan
dehidrasi. Ini adalah salah satu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes
insipidus. Jika dehidrasi yang terjadi cukup ringan, Anda bisa minum oralit
untuk mengatasinya. Tapi penanganan di rumah sakit akan diperlukan jika
dehidrasi yang dialami cukup parah.
Gejala Diabetes Insipidus
Gejala utama dari diabetes insipidus adalah selalu
merasa haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Anda akan selalu
dihantui perasaan haus meski sudah minum banyak sekali air.
Jumlah urine yang dikeluarkan penderita diabetes
insipidus tiap harinya adalah sekitar 3-20 liter, mulai dari kasus diabetes
insipidus yang ringan hingga kasus yang paling parah. Kencing yang dialami
penderita kondisi ini bisa sebanyak 3-4 kali per jam.
Gejala yang muncul di atas bisa mengganggu aktivitas
sehari-hari maupun pola tidur Anda. Akibatnya akan muncul rasa lelah, mudah
marah, dan sulit untuk berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Diabetes insipidus pada anak-anak mungkin lebih sulit
untuk dikenali, apalagi anak tersebut belum bisa berkomunikasi dengan baik.
Gejala pada anak yang menderita dengan diabetes insipidus adalah:
- Mengompol pada waktu tidur.
- Mudah terusik atau marah.
- Menangis secara berlebihan.
- Suhu tubuh tinggi atau hipertermia.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Kehilangan selera makan.
- Merasa kelelahan dan keletihan.
- Pertumbuhan lebih lambat.
Pastikan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika
Anda mengalami dua gejala utama dari diabetes insipidus, yaitu selalu merasa
haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak.
Penyebab Diabetes Insipidus
Hipotalamus, jaringan di otak yang mengendalikan
suasana hati dan nafsu makan, adalah organ yang menghasilkan hormon
antidiuretik. Hormon ini akan disimpan di dalam kelenjar pituitari sampai
dibutuhkan. Kelenjar pituitari sendiri berada di bawah otak, dan berada di
belakang batang hidung. Kelenjar ini akan melepaskan hormon antidiuretik saat
kadar air tubuh menurun untuk menghentikan produksi urine di ginjal.
Diabetes insipidus terjadi ketika hormon antidiuretik
terganggu dalam mengatur kadar air tubuh. Akibatnya, tubuh memproduksi banyak
urine dan membuang air dalam jumlah yang sangat banyak.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang
kedua jenis diabetes insipidus.
Diabetes insipidus kranial
Ini adalah kondisi ketika tubuh tidak menghasilkan
cukup banyak hormon antidiuretik dan mengakibatkan banyaknya air yang terbuang
dalam urine. Di bawah ini adalah beberapa penyebab paling umum dari diabetes
insipidus jenis ini, yaitu:
- Sekitar 16 persen kasus diabetes insipidus kranial disebabkan karena cedera kepala parah yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
- Sekitar 20 persen kasus diabetes insipidus kranial disebabkan karena komplikasi akibat operasi otak yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
- Sekitar 25 persen kasus diabetes insipidus kranial disebabkan karena tumor otak yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
Berikut ini beberapa penyebab diabetes insipidus
kranial yang lebih jarang terjadi.
- Kanker otak.
- Kekurangan oksigen pada otak misalnya akibat stroke.
- Terjadinya infeksi yang merusak otak, misalnya ensefalitis dan meningitis.
- Sindrom Wolfarm merupakan kelainan genetik langka yang bisa menyebabkan kehilangan pandangan.
Sekitar 1 dari 3 kasus diabetes insipidus kranial
tidak diketahui penyebabnya.
Diabetes insipidus nefrogenik
Ini adalah kondisi ketika hormon antidiuretik
dihasilkan sesuai dengan kadar yang dibutuhkan oleh tubuh. Tapi organ ginjal
tidak sensitif atau tidak merespons terhadap hormon ini.
Hormon antidiuretik normalnya akan mengirim sinyal
pada jaringan nefron yang berada di dalam ginjal. Nefron adalah struktur kecil
yang mengendalikan berapa banyak air yang diserap oleh tubuh dan berapa banyak
air yang dikeluarkan dalam bentuk urine. Bagi orang yang menderita diabetes
insipidus nefrogenik, proses pengiriman sinyal ini terganggu. Akibatnya, orang
yang mengalaminya akan selalu merasa haus karena urine terbuang dalam jumlah
yang banyak. Diabetes insipidus nefrogenik sendiri terbagi menjadi dua jenis:
- Congenital nephrogenic diabetes insipidus atau dikenal dengan diabetes insipidus nefrogenik kongenital. Penderita diabetes nefrogenik kongenital terlahir dengan kondisi demikian. Terdapat dua jenis mutasi atau perubahan genetika yang menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik kongenital, yaitu AVPR2 dan AQP2. Mutasi genetika AVPR2 hanya bisa ditularkan dari ibu kepada putranya. Mutasi jenis ini terjadi pada 9 dari 10 penderita. Sedangkan mutasi genetika AQP2 terjadi pada 1 dari 10 kasus diabetes insipidus nefrogenik kongenital dan bisa memengaruhi baik laki-laki maupun perempuan.
- Acquired nephrogenic diabetes insipidus. Penderita diabetes insipidus jenis ini tidak terlahir dengan kondisi ini. Faktor penyebab acquired nephrogenic diabetes insipidus yang paling umum adalah efek samping lithium. Lithium sendiri adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, sel-sel organ ginjal bisa rusak dan kemudian tidak lagi bisa merespons hormon antidiuretik. Hampir 50 persen orang akan mengalami diabetes insipidus nefrogenik jika mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang. Pastikan untuk melakukan pemeriksaan organ ginjal tiap tiga bulan sekali selama Anda mengonsumsi lithium. Penyebab lain dari kondisi ini selain lithium adalah: 1) Pielonefritis atau infeksi ginjal. Organ ginjal mengalami kerusakan karena infeksi; 2) Obstruksi saluran kemih. Terhambatnya satu atau kedua saluran kemih yang menghubungkan organ ginjal ke kandung kemih, seperti batu ginjal 3) Hiperkalemia. Jumlah kalsium berlebih dalam darah yang bisa merusak ginjal; 4) Hipokalemia. Jumlah potasium dalam darah sedikit, padahal semua sel dalam tubuh membutuhkan potasium untuk berfungsi dengan benar.
Diagnosis Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus memiliki gejala yang mirip dengan
diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2, seperti haus dan sering buang air kecil.
Dokter akan menanyakan tentang gejala yang Anda alami dan mungkin melakukan
beberapa tes untuk memastikan Anda menderita kondisi yang mana.
Rujukan menemui dokter spesialis gangguan hormon
mungkin akan diberikan untuk melakukan tes-tes ini:
- Tes deprivasi air. Dalam tes ini Anda diharuskan untuk tidak mengonsumsi cairan selama beberapa jam untuk melihat reaksi tubuh Anda. Jika kondisi Anda normal, Anda hanya akan buang air kecil sedikit dan dengan konsentrasi yang lebih pekat. Tapi jika Anda menderita diabetes insipidus, Anda akan membuang air kecil dalam jumlah yang banyak.
- Tes darah dan tes urine. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon antidiuretik di dalam darah. Selain darah, pemeriksaan urine juga akan dilakukan untuk mengetahui beberapa unsur lain, seperti glukosa, kalsium, dan potasium. Urine dari penderita diabetes insipidus akan sangat encer. Jika kadar glukosa tinggi, maka yang diderita adalah diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2.
- Tes hormon antidiuretik. Tes ini akan menunjukkan reaksi tubuh Anda terhadap hormon antidiuretik yang diberikan melalui suntikan untuk mengetahui diabetes insipidus jenis apa yang diderita. Prosedur ini dilakukan setelah tes deprivasi air, jika hormon yang diberikan membantu Anda berhenti memproduksi urine, berarti Anda menderita diabetes insipidus kranial akibat kekurangan hormon antidiuretik. Tapi jika Anda tetap memproduksi banyak urine, berarti Anda mengalami gangguan ginjal atau diabetes insipidus nefrogenik.
- MRI. Jika dokter spesialis penyakit hormon menduga Anda menderita diabetes insipidus kranial karena kerusakan pada hipotalamus atau kelenjar pituitari, MRI dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dokter akan melihat ketidaknormalan pada hipotalamus atau kelenjar pituitari, misalnya apakah terdapat tumor.
Pengobatan Diabetes Insipidus
Pengobatan diabetes insipidus bergantung kepada jenis
yang diderita. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi jumlah
urine yang dihasilkan oleh tubuh dan mengendalikan gejala yang muncul.
Pengobatan diabetes insipidus kranial
Jika Anda menghasilkan urine sebanyak 3-4 liter dalam
satu hari (24 jam), kondisi ini dianggap sebagai diabetes insipidus kranial
ringan. Kondisi ini tidak memerlukan pengobatan khusus. Anda bisa meredakan
gejala yang muncul dengan meningkatkan konsumsi air putih Anda untuk
menghindari dehidrasi. Dokter akan menyarankan setidaknya mengonsumsi 2,5 liter
dalam satu hari.
Jika kondisi yang Anda alami cukup parah dan
disebabkan oleh rendahnya produksi hormon antidiuretik, maka mengonsumsi banyak
air belum cukup untuk meredakan gejala yang muncul. Berikut ini beberapa obat
yang mungkin digunakan untuk mengatasi kondisi yang dialami.
- Desmopressin. Obat ini berfungsi seperti hormon antidiuretik. Obat ini akan menghentikan produksi urine. Desmopressin adalah hormon antidiuretik buatan dan memiliki fungsi lebih kuat dari hormon aslinya. Obat ini bisa berbentuk obat semprot hidung atau tablet. Efek samping yang mungkin terjadi adalah sakit kepala, sakit perut, mual, mimisan, atau hidung berair atau tersumbat. Untuk tahu lebih banyak tentang obat ini, tanyakan kepada dokter atau apoteker.
- Thiazide diuretik. Obat ini berfungsi membuat urine menjadi lebih pekat dengan cara mengurangi kadar airnya. Efek samping yang mungkin terjadi akibat obat ini adalah pusing ketika berdiri, gangguan pencernaan, kulit menjadi lebih sensitif, dan bagi pria, mengalami disfungsi ereksi.
- Obat Anti-inflamasi Non-steroid. Jika kelompok obat ini dikombinasikan dengan thiazide diuretik, obat ini bisa menurunkan jumlah urine yang dikeluarkan oleh tubuh.
Pengobatan Diabetes Insipidus Nefrogenik
Jika kondisi yang Anda alami disebabkan oleh obat
seperti lithium dan tetracycline, dokter spesialis penyakit hormon akan meminta
Anda berhenti mengonsumsinya dan mencari obat penggantinya. Jika tidak
disarankan oleh dokter, jangan berhenti mengonsumsi obat yang telah diresepkan
dokter.
Jika organ ginjal mengalami gangguan dan tidak bisa
merespons hormon antidiuretik sehingga menyebabkan diabetes insipidus
nefrogenik, maka Anda akan disarankan untuk meminum banyak air putih agar
terhindar dari dehidrasi. Obat desmopressin tidak bisa mengatasi kondisi ini.
Mengurangi asupan garam juga akan membantu ginjal
dalam menyimpan air dan mengurangi volume urine. Pastikan untuk berkonsultasi
dengan dokter sebelum mengubah pola makan Anda. Untuk mengurangi jumlah
produksi urine dari organ ginjal, kombinasi thiazide diuretik dan obat
antiinflamasi non-steroid akan diresepkan pada diabetes insipidus nefrogenik
yang parah.
Komplikasi Diabetes Insipidus
Jika diabetes insipidus tidak terdeteksi sejak awal
atau tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa menyebabkan beberapa
komplikasi seperti di bawah ini.
Ketidakseimbangan elektrolit
Elektrolit adalah mineral seperti kalsium, sodium,
khlor, potasium, magnesium, dan bikarbonat. Kandungan mineral ini berfungsi
menjaga keseimbangan air di dalam tubuh dan berperan dalam fungsi-fungsi sel.
Gejala yang mungkin akan terjadi akibat kondisi ini adalah:
- Kelelahan atau kehabisan energi.
- Sakit kepala.
- Sakit pada bagian otot.
- Mudah marah.
- Mual dan kehilangan selera makan.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah dampak yang paling umum ketika tubuh
tidak bisa mempertahankan cukup cairan di dalam tubuh akibat diabetes
insipidus. Gejala yang muncul akibat dehidrasi antara lain:
- Mulut dan bibir kering.
- Pusing atau sakit kepala.
- Tekanan darah rendah (hipotensi).
- Demam.
- Kebingungan dan mudah marah.
- Denyut jantung cepat.
- Penurunan berat badan.
Untuk kondisi dehidrasi ringan,
bisa ditangani dengan oralit. Sedangkan untuk kondisi yang parah, Anda mungkin
perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan melalui infus.
Bagikan
Diabetes Insipidus dan Penanganannya
4/
5
Oleh
Unknown